Sebuah film yang biasa namun luar biasa. Entahlah, mungkin
bagi para movie-freak alur ceritanya sangat standar, dan tak dipungkiri dari
segi cerita memang demikian. Tapi apalah yang bisa kau harapkan dari sebuah
drama keluarga? Bahkan little miss sunshine juga tak memiliki konflik yang
kompleks ataupun ending yang twist. Lalu apa yang membuat “We Bought A Zoo”
menjadi bagus?
Baiklah saya akan sedikit bercerita. Ya, sekedar bercerita
tentang pengalaman dua jam yang menyenangkan. Tenang, bahkan jika saya memberikan
spoiler pun tetap tak mengurangi esensi menonton film ini dan kalian pasti
mampu menebak endingnya.
Film yang menceritakan sebuah keluarga yang belum lama
ditinggal mati oleh ibu rumah tangganya. Seorang Bapak (Benjamin Mee – Matt
Damon)yang diceritakan cukup tampan harus mengurus dua anaknya, Dylan, remaja
13 tahun yang masih sedikit shock dengan kematian ibunya dan Rosie, anak 7
tahun yang mencoba lebih tegar dan bertanggung jawab.
Konflik dimulai ketika Dylan harus dikeluarkan dari sekolah
karena mencuri dan membuat mural yang sangat “gelap” ketika pelajaran kesenian.
Dari sinilah Benjamin mulai berusaha untuk “menghidupkan” kembali keluarganya.
Mereka memutuskan untuk membeli sebuah rumah termasuk tanah dan kebun binatang
yang mangkrak. Benjamin bertemu dengan Kelly (Scarlett Johansson) serta
beberapa karyawan dan mencoba untuk menghidupkannya kembali.
Konflik-konflik yang dimunculkannya sangat klasik, tapi film
garapan Cameron Crowe ini menyajikan beberapa kutipan-kutipan menarik yang bisa
dibilang cukup menginspirasi. Disamping konflik Bapak-Anak dan cerita cinta
remaja Dylan, yang membuatnya semakin menarik adalah film ini diambil dari
cerita nyata. Benjamin Mee adalah salah satu pemilik dan pendiri Dartmoor
Zoological Park, kebun binatang milik keluarganya yang menjadi pemenang “Top
Wildlife Attraction 2011”.
Jika konfliknya sangat umum dan klasik lalu dimana nilai
lebihnya? Justru disitulah nilai lebihnya! Dengan pemunculan konflik yang umum
seperti perselisihan Bapak dan Anak ini malah menjadikannya nilai plus karena
dialog dan aktingnya terlihat sangat natural. Tak ada lagi Matt Damon yang
sedang mengerutkan dahi karena sedang menghitung banyaknya penembak jitu di
bandara. Yang kau temukan adalah Matt Damon kebapakan yang mengerutkan dahi
karena anaknya meminta diajarkan untuk bercukur.
Disamping screenplay yang sangat bangus serta karakter yang
pas, soundtrack yang diisi oleh Jonsi (Sigur Ros) sangat efektif memancing
emosi penonton. Disini juga akan kau dapatkan lagu Hopipola yang epic
bersanding dengan ending cerita klasik yang megah. Bisa dibilang ini sebuah
film keluarga yang manis dan layak ditonton. Oh ya jika kau sensitif, mungkin
kau akan mendapat sedikit inspirasi di film ini. Siapa bilang cerita klasik itu
membosankan? Yang perlu kau lakukan hanya mendengar, karena sebuah rahasia
untuk bisa berbicara adalah mendengar.
1 komentar:
nice article, lagi belajar nulis juga semoga bisa kaya sampean hehe http://leonardfresly.blogspot.com/
Posting Komentar