Menata-mata Kick My Web!
Menata-mata. Diberdayakan oleh Blogger.

About me

Foto Saya
ollay
hallo, mari bangun, dan menata mata..
Lihat profil lengkapku

Blog

Sabtu, 21 Juli 2012

We Bought A Zoo: Cerita Klasik Namun Epik.


Sebuah film yang biasa namun luar biasa. Entahlah, mungkin bagi para movie-freak alur ceritanya sangat standar, dan tak dipungkiri dari segi cerita memang demikian. Tapi apalah yang bisa kau harapkan dari sebuah drama keluarga? Bahkan little miss sunshine juga tak memiliki konflik yang kompleks ataupun ending yang twist. Lalu apa yang membuat “We Bought A Zoo” menjadi bagus?
Baiklah saya akan sedikit bercerita. Ya, sekedar bercerita tentang pengalaman dua jam yang menyenangkan. Tenang, bahkan jika saya memberikan spoiler pun tetap tak mengurangi esensi menonton film ini dan kalian pasti mampu menebak endingnya.
Film yang menceritakan sebuah keluarga yang belum lama ditinggal mati oleh ibu rumah tangganya. Seorang Bapak (Benjamin Mee – Matt Damon)yang diceritakan cukup tampan harus mengurus dua anaknya, Dylan, remaja 13 tahun yang masih sedikit shock dengan kematian ibunya dan Rosie, anak 7 tahun yang mencoba lebih tegar dan bertanggung jawab.
Konflik dimulai ketika Dylan harus dikeluarkan dari sekolah karena mencuri dan membuat mural yang sangat “gelap” ketika pelajaran kesenian. Dari sinilah Benjamin mulai berusaha untuk “menghidupkan” kembali keluarganya. Mereka memutuskan untuk membeli sebuah rumah termasuk tanah dan kebun binatang yang mangkrak. Benjamin bertemu dengan Kelly (Scarlett Johansson) serta beberapa karyawan dan mencoba untuk menghidupkannya kembali.
Konflik-konflik yang dimunculkannya sangat klasik, tapi film garapan Cameron Crowe ini menyajikan beberapa kutipan-kutipan menarik yang bisa dibilang cukup menginspirasi. Disamping konflik Bapak-Anak dan cerita cinta remaja Dylan, yang membuatnya semakin menarik adalah film ini diambil dari cerita nyata. Benjamin Mee adalah salah satu pemilik dan pendiri Dartmoor Zoological Park, kebun binatang milik keluarganya yang menjadi pemenang “Top Wildlife Attraction 2011”.
Jika konfliknya sangat umum dan klasik lalu dimana nilai lebihnya? Justru disitulah nilai lebihnya! Dengan pemunculan konflik yang umum seperti perselisihan Bapak dan Anak ini malah menjadikannya nilai plus karena dialog dan aktingnya terlihat sangat natural. Tak ada lagi Matt Damon yang sedang mengerutkan dahi karena sedang menghitung banyaknya penembak jitu di bandara. Yang kau temukan adalah Matt Damon kebapakan yang mengerutkan dahi karena anaknya meminta diajarkan untuk bercukur.
Disamping screenplay yang sangat bangus serta karakter yang pas, soundtrack yang diisi oleh Jonsi (Sigur Ros) sangat efektif memancing emosi penonton. Disini juga akan kau dapatkan lagu Hopipola yang epic bersanding dengan ending cerita klasik yang megah. Bisa dibilang ini sebuah film keluarga yang manis dan layak ditonton. Oh ya jika kau sensitif, mungkin kau akan mendapat sedikit inspirasi di film ini. Siapa bilang cerita klasik itu membosankan? Yang perlu kau lakukan hanya mendengar, karena sebuah rahasia untuk bisa berbicara adalah mendengar.


1 komentar:

Unknown mengatakan...

nice article, lagi belajar nulis juga semoga bisa kaya sampean hehe http://leonardfresly.blogspot.com/

Posting Komentar


Menata-mata © 2011