Kita tahu, indera adalah media antara tubuh dan semesta.
Hidung menangkap bau, lidah mencecap rasa, telinga menerima suara dan mata
menangkap citra. Banyak manusia kurang beruntung yang dilahirkan tanpa satu
atau beberapa bagian tubuh tersebut. Baiklah, bagaimana jika kita balik?
Bagaimana jika kita masih mempunyai indera namun tak mampu menangkap beragam
rasa tersebut? Bagaimana manusia bisa hidup tanpa segala yang menghidupinya?
Perfect Sense adalah sebuah film bergenre drama sci-fi yang
sangat menarik. Tak hanya menyajikan science fiction yang memaksa otak berfikir
sedikit lebih keras, tapi juga memberikan drama yang menarik tentang romansa
dan kehidupan -atau lebih tepatnya drama yang cukup sarkas tentang kehidupan-.
Bercerita tentang romansa Michael (Ewan McGregor) seorang
chef restoran dan seorang epidemiologist bernama Susan (Eva Green) serta
dinamika mereka dalam menghadapi carut marutnya dunia ketika diserang epidemi
penyakit yang merusak fungsi indera satu per satu. Diceritakan penyakit ini tak
bisa dihentikan dan akhirnya menyerang seluruh umat manusia.
Dimulai dari ditemukannya beberapa kasus pasien yang tak
mampu mencium / membau. Uniknya, gejala awalnya adalah emosi yang berlebihan,
mereka menangis karena sesuatu yang mendadak muncul di pikirannya atau
menangisi hal yang dilakukannya. Gejala histeria ini lalu bersambut dengan
ketidakmampuan indera penciuman untuk mendeteksi bau-bauan.
Tak dijelaskan penyebabnya, malah selang beberapa minggu
setelah seluruh manusia akhirnya menerima kenyataan bahwa mereka kehilangan
kemampuannya untuk mencium sesuatu, umat manusia mulai mencoba menjalani
kehidupan sebagaimana mestinya. Bisa kau bayangkan, ketika suatu keburukan
telah menjangkau lingkaran yang luas, semua mencoba kompromis dan beradaptasi.
Begitulah kehidupan, bukan masalah benar atau salah, tapi tentang bertahan.
Disini bisa kau dapati banyak kontradiksi kehidupan yang
sangat menarik, bagaimana nafsu dan emosi adalah akar dari segala kegagalan dan
merupakan sifat yang paling dasar dari seluruh umat manusia. Sang sutradara
David Mackenzie menuangkan semua itu dengan sangat baik. Bahkan film ini juga
berhasil secara artistik.
Saran saya pribadi, tontonlah film ini di tengah malam,
dimana sunyi semakin tinggi. Mungkin setelah menonton film ini kau akan mulai
menghargai indahnya suara gesekan daun dan nikmatnya harum kopi di senja hari.
0 komentar:
Posting Komentar