Menata-mata Kick My Web!
Menata-mata. Diberdayakan oleh Blogger.

About me

Foto Saya
ollay
hallo, mari bangun, dan menata mata..
Lihat profil lengkapku

Blog

Sabtu, 21 Juli 2012

Perfect Sense: Ketika Rasa Tak Lagi Terasa.


Kita tahu, indera adalah media antara tubuh dan semesta. Hidung menangkap bau, lidah mencecap rasa, telinga menerima suara dan mata menangkap citra. Banyak manusia kurang beruntung yang dilahirkan tanpa satu atau beberapa bagian tubuh tersebut. Baiklah, bagaimana jika kita balik? Bagaimana jika kita masih mempunyai indera namun tak mampu menangkap beragam rasa tersebut? Bagaimana manusia bisa hidup tanpa segala yang menghidupinya?
Perfect Sense adalah sebuah film bergenre drama sci-fi yang sangat menarik. Tak hanya menyajikan science fiction yang memaksa otak berfikir sedikit lebih keras, tapi juga memberikan drama yang menarik tentang romansa dan kehidupan -atau lebih tepatnya drama yang cukup sarkas tentang kehidupan-.
Bercerita tentang romansa Michael (Ewan McGregor) seorang chef restoran dan seorang epidemiologist bernama Susan (Eva Green) serta dinamika mereka dalam menghadapi carut marutnya dunia ketika diserang epidemi penyakit yang merusak fungsi indera satu per satu. Diceritakan penyakit ini tak bisa dihentikan dan akhirnya menyerang seluruh umat manusia.
Dimulai dari ditemukannya beberapa kasus pasien yang tak mampu mencium / membau. Uniknya, gejala awalnya adalah emosi yang berlebihan, mereka menangis karena sesuatu yang mendadak muncul di pikirannya atau menangisi hal yang dilakukannya. Gejala histeria ini lalu bersambut dengan ketidakmampuan indera penciuman untuk mendeteksi bau-bauan.
Tak dijelaskan penyebabnya, malah selang beberapa minggu setelah seluruh manusia akhirnya menerima kenyataan bahwa mereka kehilangan kemampuannya untuk mencium sesuatu, umat manusia mulai mencoba menjalani kehidupan sebagaimana mestinya. Bisa kau bayangkan, ketika suatu keburukan telah menjangkau lingkaran yang luas, semua mencoba kompromis dan beradaptasi. Begitulah kehidupan, bukan masalah benar atau salah, tapi tentang bertahan.
Disini bisa kau dapati banyak kontradiksi kehidupan yang sangat menarik, bagaimana nafsu dan emosi adalah akar dari segala kegagalan dan merupakan sifat yang paling dasar dari seluruh umat manusia. Sang sutradara David Mackenzie menuangkan semua itu dengan sangat baik. Bahkan film ini juga berhasil secara artistik.
Saran saya pribadi, tontonlah film ini di tengah malam, dimana sunyi semakin tinggi. Mungkin setelah menonton film ini kau akan mulai menghargai indahnya suara gesekan daun dan nikmatnya harum kopi di senja hari.


0 komentar:

Posting Komentar


Menata-mata © 2011