Menata-mata Kick My Web!
Menata-mata. Diberdayakan oleh Blogger.

About me

Foto Saya
ollay
hallo, mari bangun, dan menata mata..
Lihat profil lengkapku

Blog

Selasa, 14 Februari 2012

Silence

Kadang, sesuatu berlalu begitu cepat. Bumi berputar, mentari berpijar, tapi tak semua lalu lalang dalam nyalang. Sering, aku berpacu dengan waktu, mencari damai dalam tuntutan tahunan dan beberapa tahunan. Ditemani secangkir kopi, berlembar kertas, berbatang puntung, berpuluh lagu. Tapi semakin kesini detak jantung selalu terpacu, terdengar semakin rancu, dalam nadanya yang selalu menggaung. Selalu, tak pernah terhenti. Bahkan ketika mereka tertawa, berteriak, berbisik. Sering kuumpat mereka dalam hati, mencoba menutup gaung sang jantung. Apa motivasi mereka berteriak dan tertawa, tak tahukan mereka aku merana? Aku memburu waktu, aku terburu waktu. Orang tuaku menuntut angka empat tahun, seperti mereka menuntut angka delapan dalam pukulan paling rata. Aku berhasil mencapainya, angka delapan itu mudah, apalagi ketika semua teman adalah rekan. Tapi sekarang? Hei bung, selamat datang di dunia individualitas, dimana teman adalah teman, dan rekan itu hanya rekaan.
Malam ini lagi-lagi aku memburu. Beberapa kertas jadi senjata. Kopi semakin terlihat hitam dalam cangkir yang berwarna kelam. Cahaya temaram membalut warna dinding yang sudah kusam. Apakah benar-benar kusam atau mataku yang sudah tak mampu mengidentifikasi warna yang nyata? Entahlah.
Kertas-kertas ini seperti menggeliat, meminta untuk diinjak-injak. Batang-batang rokok hanya sekedar pelengkap, aku tak bisa lagi menikmati esensinya. Api membakar tembakau. Meskipun dulu hijau, kini daun itu dibuat menguning. Seperti filter rokok ini, terlewati asap dan menguning. Mungkin paru-paruku juga telah menguning. Dilalui racun-racun busuk perusak tubuh. Meski busuk, dia mampu menenangkan pikiran. Aku sudah tak peduli lagi dengan tubuh. Mekanismenya sudah rusak. Sama seperti motivasi hidupku, sudah rusak. Tuntutan-tuntutan itu yang merusaknya. Iming-iming masa depan selalu menjadi alasannya. Aku tak tau mau jadi apa. Ayahku bilang aku harus jadi orang. Entah apa itu maksud perkataannya. Apa aku sekarang tak dianggapnya sebagai pribadi yang utuh? Doktrinnya tanpa henti. Membuatku bergeming, terkadang bergidik ngeri. Apa bisa aku jadi orang? Lalu setelah jadi orang, apa lagi? Menjadi Tuhan?
Jargon “Live fast and Die young” seketika terasa menyejukkan..


Hear nothing but my heart beat
Knockin'... knockin'...

Everything seems so dark in my eyes
Fallin'... fallin'...

Suddenly it comes to me so fast
No chance to me to blow it all away
I never be so scared like this before
Before... before...

Through I tried to face it
They'll never be exist
I just won't stay here and wait
I just want, I just want to die

So... I just can't wait
Well... won't be wait
When we ever realised
We will never be free at all
I just won't stay here and wait
So what else it could be anymore


teruntuk: kawan-kawan yang penuh tekanan. hei, live your life guys! :)

0 komentar:

Posting Komentar


Menata-mata © 2011