Menata-mata Kick My Web!
Menata-mata. Diberdayakan oleh Blogger.

About me

Foto Saya
ollay
hallo, mari bangun, dan menata mata..
Lihat profil lengkapku

Blog

Senin, 25 Oktober 2010

wis-udah!

beberapa waktu yang lalu saya menghadiri sebuah ritual yang (sepertinya) penting. wisuda! 
ya, wisuda! 
wisuda saya? hei, jangan mimpi! belum saatnya. hahaha
bukan saya, tetapi teman sayalah yang berhasil menahbiskan diri sebagai seorang Sarjana Muda. dia berhasil menyelesaikan sebuah tahapan, meletakkan pondasi lanjutan untuk kehidupan yang lebih nyata dan absurd.
setelah berbagai rintangan, ujian mental dan fisik (ini bukan lebai, serius!), dalam kondisinya yang tertekan, dia berhasil mendapatkan titelnya itu! bukan melalui proses yang ringan memang, tapi setelah dengan tertatih-tatih merasakan titik labil di tingkat tertinggi, dia mendapatkan pencapaian yang bisa dibilang tadinya sudah berpendar. pada titik ini, saya mulai bisa berkata "betapa adilnya dunia!"

kembali ke ritual resepsi-wisuda, disana saya melihat luapan emosi yang bermacam-macam. dari euphoria, haru-biru, puas, sedih, bahkan ada luapan emosi yang seolah-olah dia sudah menggenggam dunia! saya mulai berfikir, harus dirayakan seperti apakah wisuda itu? seberapa pentingkah "resepsi" ini?
jika ditilik ke belakang, setelah menjalani proses bertahun-tahun (apalagi seperti teman saya tadi)sah-sah saja mereka merayakannya dengan semegah itu. tapi jika dilihat dari hakikatnya, pantaskah mereka memaknainya sebesar itu? wisuda yang notabene adalah sebuah "pelepasan", pembukaan, bahkan ucapan selamat jalan.. 
ironisnya lagi, ada seorang teman yang dengan bangganya bercerita, "hei, saya habis wisuda, kemaren kami berpesta, minum-minum abis Jack D 8 botol, lalu lanjut sampai pagi! saya sudah bebas! saya tak ada beban!"..
hei bung, buka mata anda! anda itu lepas dari kandang buaya, tapi masuk ke kandang macan!

itulah kenapa nanti jika lulus, saya tak ingin menghadiri acara wisuda..
saya sadar, jika memang nanti saya lulus, berarti saya menghadapi masa-masa tersulit. 
saya ingin jika mengalami momen tersebut, saya dapat membuka mata, lepas dari euphoria semu tak penting. bahkan jika boleh, saya tak ingin lulus. 
karena belajar tak harus di birokrasi formal yang rancu. 
karena ilmu berharga mahal, tapi tak harus selalu berbayar.
karena belajar seperti akar..




ps: hei Agana Hanif, Rian Adiwitoko, Boim, Heri, Prengki, dan beberapa teman lain, selamat menjadi Sarjana kawan. selamat menata dan membuka mata!

0 komentar:

Posting Komentar


Menata-mata © 2011